jeritan hati

Jika di ibaratkan sebuah teriakan.....

Sekarang aku lagi teriak sekenceng-kencengnya, berharap bisa ngilangin kejenuhan, kekesalan, dan kepayahanku. Tapi jeritan itu tak bersuara, bahkan akupun tak dapat mendengarnya.

Heuh.... Tuhan...

Kadang aku bersemangat jalani hari-hariku, tapi kadang aku juga rapuh  dan bosan jalani semua. Ingin mencari suasana baru yang sesuai hatiku, tapi..... apa aku punya kekuatan untuk membangkang? Apa aku punya kekuatan untuk membuat mereka kecewa, bersedih dan khawatir akan pilihanku? Atau bahkan aku terlalu pengecut untuk memilih inginku.

Mau jadi apa aku ini? Jika untuk memilih masa depanku saja aku selalu ragu, takut akan berakhir sama, kandas tak berbekas. Bahkan hampir aku lelah dan berputus asa untuk memilih...

Ya Tuhanku...

Apa benar rasa yang kupertahankan ini cinta?atau hanya sekedar pelampiasan hati yang hampir berputus asa dari kisah kasih manusia. Apa rasaku ini mampu bertahan bertahun-tahun tanpa balasan yang setimpal, sedangkan aku mengharapkan perlakuan yang sama dari dia.

Humm... sempat aku bimbang, lemah dan menyerah untuk terus bertahan dan menunggunya. Tapi syukurlah masih ada sedikit keyakinan yang sejenak mampu menepis keraguan itu. Tapi itu hanya sementara waktu, dalam hitungan hari aku harus melawan keraguan itu kembali, sampai akhirnya kubuat perjanjian dengan diriku sendiri.

Ya Rabbi...

Aku malu untuk mengakui, untuk mengatakan pada-Mu bahwa aku mengharapkannya menjadi pendampingku yang abadi.. pemimpinku untuk menuju arsyiMu, bagaimana dengannya? Bagaimana denganMu duhai Tuhanku, sudihkah Engkau mempersatukan kami dalam ikatan suci? Sudihkan Engkau menyatukan hati kami, menguatkan dan meyakinkan hati kami untuk saling memahami, menanti dan bersama meniti jalan-Mu.?

Pastaskah aku meminta pada-Mu tentang perasaanku ini Ya Tuhan?????