Ketika hati mulai terbagi
Disebuah
gedung pusat perbelanjaan di kota cirebon. aku dan ine tengah sibuk berbelanja
aksesoris di salah satu toko di dalamnya. Hampir setengah jam kami berada
disana. “de, lu nyari apaan sih? udahan
yuk...bete nih..” ajak ine yang kelihatannya sudah mulai bosan berlama-lama
dalam toko pernak-pernik itu.
“bentar ne, gue lagi nyari cincin, dari tadi
belum da yang cocok…”
“hmm,, kalo yang ini gimana? Bagus kan?!”sambil
menunjuk sepasang cincin berwarna biru dengan gambar lumba-lumba di setiap
sisinya.
“eeh, bagus juga tuh, modelnya hampir sama kaya
cincin si fariz kan! Cuma beda warna aja” ujarnya yang sedikit tertarik juga
pada cincin yang kupilih itu.
“ok, gue ambil ini kalo gitu. Yuk ke kasir” kamipun
beranjak menuju kasir yang letaknya tepat di pojok pintu masuk toko. Selesai
membayarnya, kami keluar dari toko itu lalu berjalan ke cafe dan memesan dua
gelas juice lemon .
Ine memilih tempat di pojok
cafe, menikmati minuman yang baru saja diantar oleh seorang pramusaji sembari
mengamati keadaan di sekitar kafe itu. obrolan ringan dan hangat kemudian
mengalir. Hingga tanpa sengaja pandanganku terpaku pada seorang lelaki memakai
kaos bergaris biru putih bersama seorang perempuan berambut panjang dan manis beriringan
memasuki café. Mirip sekali dengan orang yang kini dekat denganku.
“ne, tu fariz bukan sih?” tanyaku sambil
menunjuk sebuah meja yang jaraknya tidak jauh dari pintu masuk cafe.
“mana?”jawabnya sambil mencari-cari orang yang
ku maksud.
“kayaknya sih iya, sama siapa tuh?”ujarnya
penasaran.
“gatau, gue gak pernah liat cewe itu
sebelumnya”jawabku lesu.
“lu kenapa? lu gak cemburu kan sama mereka?”
ujarnya penuh curiga.
Tanpa disengaja dua orang yang
sedari di perhatikan melirik kearah kami dan memberikan senyum terpaksa.
“bentar ya ne, gue kesana dulu” aku beranjak
dari tempat duduk menuju tempat dua orang yang kami bicarakan sedari tadi.
“ka aiz..” panggilku.
“eh, de ada disini, lagi ngapain?” sambut yang
di panggil.
“lagi maen aja, ehm, tadi de dah beli cincin
buat kaka. Kak suka gak?” sambil menyerahkan sebuah cincin yang tadi kubeli di
toko pernik-pernik.
“bagus, kak pake ya..”jawabnya datar, dan
mengenakan cincin itu di jari manisnya
“de sama siapa?” lanjutnya.
“ine”
“oh, inenya apa gak nungguin di tinggal
sendirian?”
“yaudah, de balik kesana dulu” aku pergi
meninggalkan mereka berdua dengan rasa kesal. Sial, aku di cuekin sama dia.Si
cewek yang duduk di samping ka fariz hanya tersenyum sok imut.
“kriiiing……”
Suara telpon membangunkanku dari mimpi
menyebalkan itu. fuih… ternyata hanya mimpi. Aku bernafas lega, dan mengambil
handphone di meja kecil yang terletak di samping tempat tidur. 1 missed
call, fariz. dan 1 message received.
de.. bangun.. dah jam lima loh…
----
ya, ni de bangun.. balasku singkat.
----
Kulihat jam dinding yang
ada di dalam kamar. Jam 05.00 pagi, pantas ka fariz miscall. Mau bangunin aku
toh!. Dengan mata yang masih mengantuk, aku paksakan beranjak dari tempat tidur
menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu, lalu kembali ke kamar dan shalat
subuh. Selesai shalat, aku kembali merebahkan tubuh di atas ranjang.
De, udah shalatnya?
Hari ini ujian jam berapa?
Sebuah pesan singkat dari fariz kubalas dengan
setengah mengantuk.
Udah,baru z.. ujian jam 12.
Tiba-tiba
aku teringat mimpi barusan…
Ka, ade mimpi gak enak banget tadi..(deniaz)
-----
Emang ade mimpi apa?(fariz)
-----
ade mimpi
ka aiz punya pacar.
Truz kaka’ cuek ma ade. Sebel! (deniaz)
-----
ya ampun de, sampe segitunya…
kaka kan gak punya pacar… (fariz)
-----
ya, sekarang gak punya.tp nti kaka jga bakalan
punya pacar.
truz cuek ma de! (deniaz)
--------
engga de, klopun ka punya pacar,
kak gak akan lupain ade koq…(fariz)
oya, liat ja nti...(deniaz).
Aku menghela nafas panjang,
teringat saat aku menantangnya memasak nasi goreng bulan desember lalu. Dan
ternyata nasi goreng buatanku gak se’enak yang dia bikin. Perjanjiannya, yang
kalah bayarin nonton. Yah, aku kemakan omongan sendiri deh.
“kakak kan dah bilang, ga usah dilanjutin
lombanya, pasti kak yang menang…hehehe” ucapnya mengejek.
“loh, apa salahnya nyoba?aku ga mau nyerah
duluan ka. Kalo emang aku yang kalah, ya gapapa, nti aku yang bayarin nonton..”
dengan muka agak cemberut.
“gak jadi juga gapapa koq de…”katanya.
“sorry yaw, de kan udah janji.. jadi ya harus ditepatin”jawabku
dengan nada semangat. Nonton emang salah satu hobi ku.hehehe. kamipun pergi ke
bioskop, tapi ternyata penuh. Jadi aku putuskan kelaut ja yang jaraknya gak
jauh dari Cirebon mall.
“kak boleh ga manggil deniaz ade?” suara fariz
membuatku terkejut.
“eh, ade?boleh. heee” jawabku diselingi canda
Lalu kami pun pulang dengan terpisah, karena
rumah ku memang tak searah dengannya.
Semenjak hari itu, hubunganku
dengan fariz semakin dekat saja. Di kampus kami sering bercanda, tentunya
disitu juga banyak anak-anak kampus lainnya. sampai ada yang mengira aku dan fariz
pacaran. Ya ampun! Kampus yang penuh gossip.
Sebuah pesan singkat kembali membuyarkan
lamunanku.
I message received
De, dah mandi blum?
berangkat jam berapa?(fariz)
Tak kupedulikan sms itu, “ah,
aku masih sebel dengan mimpi itu. jadi, aku juga sebel sama orangnya” gerutuku
dalam hati. Aku bangun dan membuka jendela kamar, sudah terang rupanya…
Jam
menunjukkan tepat pukul
07.15 pagi. Setelah cuci muka dan mengganti baju piyama, aku berlari ke meja
makan. Hmm, ada nasi goreng buatan adikku. Segera ku makan dengan lahap. Selesai makan, aku kembali ke kamar dan
memeriksa handphone yang sedari tadi berdering.
2 missed calls, Fariz.
3 messages received
Message 1
De, koq g di blz c…? de gi BT ya ma kak?(fariz)
Message 2
Yaudah kalo de marah, kak nta af…(fariz)
Message 3
Malam ini..kaupun hadir di dalam mimpiku
Jelas kulihat indah senyummu…
Meski diriku terlelap..terpejam mataku ini..
Saat ini…kau seakan temani tidurku
Habiskan waktu malam denganmu…
Pikiranku melayang membaca sms
ketiga, sebuah lagu indi yang lagi banyak di request di beberapa stasiun radio
akhir-akhir ini. “apa ka’ aiz bener-bener mimpi’in aku malam ini?ah, gak
usah ge’er!” batinku berbisik. Segera kusiapkan kartu ujian, bolpoint, dan
satu buku catatan, sekedar untuk baca-baca saja sebelum ujian dimulai, lalu
pergi mandi dan bersiap ke kampus.ini hari ujian pertama, aku harus bisa!
________
Semakin hari semakin dekat saja
hubunganku dengan fariz, bahkan aku tak segan mencubitnya ketika merasa
jealous. Jealous? bukan berarti kita pacaran loh, hanya sekedar dekat sebagai
teman saja. Aku menganggapnya seperti kakakku sendiri. Soalnya dia baik,
perhatian, sederhana, suka bercanda, selalu bikin aku ketawa dan yang pasti gak
gampang tersinggung.
Setiap hari fariz tak pernah
melewatkan harinya tanpa sebuah pesan singkat untukku. Entah hanya bertanya
kabar, lagi ngapain, ngucapin met malem en met tidur atau obrolan lainnya.
membuat kami semakin akrab dari hari ke hari.
Met malem de, met tidur…
good night n so long…
ka sayang ade, I miss u
sebuah pesan singkat yang tak jarang
mengantarkanku tidur berselimut mimpi tentangnya.
Menyelami malam yang kian larut
dan menawarkan suasana khasnya, hening. Saat semua orang terkapar pada
pembaringannya, lepaskan penat yang dirasa hari ini, tapi malam ini mataku tak
juga terlelap, menerawang jauh pada sebuah ingatan tentangnya.
“Ah,
kenapa aku harus marah saat membaca isi inbox nya yang rata-rata berisi pesan
dari cewe’? apa aku menyukainya? atau sekedar sayang? takut kehilangan dia?atau
takut di benci dan dijauhi olehnya? Ya Tuhan…perasaan apa ini…???”
------
Malam ini begitu hening
Tapi aku tak merasakannya
Aku masih saja menerawang jauh
Ke sebuah pelarian hati
Yang terlelap disana
kucoba menyibak isi di hatimu
apakah sama yang kurasakan?
------
Aduh…mata ini tak juga terpejam. Pikiran ini
semakin menerawang jauh dan dipenuhi tanya, yang juga tak kunjung ku temui
jawabnya.
“apa arti
dari perhatiannya selama ini?benarkah tak lebih dari sekedar teman?tapi kenapa
aku merasa itu berlebihan?atau itu hanya harapku?gak…aku ga boleh berharap
lebih, lebih baik semuanya tetap seperti ini. tak ada cinta yang harus di
ungkapkan, biar semuanya menjadi rahasia hati yang akan hilang di telan waktu”
Semua
pertanyaan-pertanyaan itu melambung tinggi membawaku kealam bawah sadar,
bermimpi dan melepaskan penat hati, asyik menatap ribuan bintang yang
mengelilingi…sejenak melupakanku pada pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab
itu, setidaknya sampai ku terbangun di pagi hari.
_________
“kriiiing……..”
Suara telpon di pagi hari yang selalu
membagunkanku dari tidur, dan sebuah pesan singkat yang selalu hadir menyambut
awal hariku.
Pagi de...
Dah bangun blom?(fariz)
Selalu saja ada pesan
singkat dari fariz yang kulihat pertama kali saat ku terbangun, dan itulah
perhatiannya yang hingga kini tak pernah hilang. membuatku semakin simpatik
padanya.
Di kantin, saat jam
kuliah usai, aku dan ine sedang asyik makan jajanan, suasana kantin hari ini
tidak begitu ramai, sebagian anak-anak lain sudah pulang, hanya ada beberapa
anak kelas karyawan yang kebetulan ada jadwal kuliah sore hari itu. meja
dikantin itu terletak berhadapan, dan beberapa meja lainnya menghadap tembok
dengan satu bangku yang panjangnya hampir sama dengan ukuran meja di kantin
itu. Dede duduk berhadapan dengan ine yang duduk di
sampingku.
“de, kayaknya lu deket banget ya ma fariz?atas
dasar apa neh?”sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Dede, teman satu band Fariz.
“engga ada apa-apa, cuma temen” jawabku yang masih asyik
menyeruput juice mangga buatan ibu kantin.
“masa sich…apa yang dia suka dari kamu ya? Atau
jangan-jangan kamu cuma di jadi’in pelariannya dia. Hati-hati loh...” kini Dede mulai meledek,
“gak mungkin juga aku buat pelarian. kaya gak
ada yang lebih cantik aja!”jawabku dengan nada santai, menutupi kekesalanku.
“apa benar cuma sekedar pelarian?tapi kenapa
aku?kan aku gak lebih cantik dari mantannya itu?gak mungkin…” bisikku menenangkan hati.
“de, pulang yuk? besok gue banyak tugas neh” ine yang sedari tadi hanya
mendengarkan, mengajakku pulang. Aku hanya mengangguk lalu kami keluar dari
kantin dan menumpang angkutan umum yang mengantarkan kami hingga ke terminal.
“ngga usah kamu pikirin omongannya dede, dia
orangnya emang gitu” ujar
ine yang sepertinya mengetahui isi pikiranku.
“ah, engga…aku gak mikirin itu koq!”
“truz kenapa dari tadi diem?”matanya menatapku
lekat-lekat, membuatku kikuk dan merasa terpojok.
“aku gak apa-apa koq…” kini aku mengalihkan pandangan
keluar jendela. Ine tak bertanya lagi, ia masih menebak-nebak pikiranku dalam
hatinya. Hingga ia turun di sebuah gang menuju rumahnya.
de, gue tau lu bisa memilih yang terbaik buat
diri lu sendiri, take care ya!(ine)
------
Aku
tersenyum membacanya, “thanks ne, dari dulu kamu emang temen yang paling
ngerti’in aku”gumamku dalam hati. Kuhempaskan tubuhku diatas ranjang, tas
kuliah masih tergeletak di atas meja belajar. Pikiranku melayang jauh…kembali
memikirkan apa yang dikatakan dede, segera kukirim pesan singkat untuk fariz.
Ka, ngga jadi’in de pelarian kan?(deniaz)
Beberapa lama kemudian, sebuah balasan sms
datang,
Engga lah de…
koq de ngomongnya gitu c?
Ada apa?(fariz)
-----
Engga…(deniaz)
-----
Bo’onk…psti da apa”(fariz)
-------
Ka nggak jadi’in de pelarian koq
Ka juga ngerti itu,
Ka seneng bisa temenan ma de,
Tp klo de mang ga mo temenan ma kak lg jg gpp,
Makasih y dah mo jd tmen kak slma ni… (fariz)
-----
Engga koq ka…de jg sneng tmenan
ma kak…(deniaz)
Esoknya,
semuanya kembali membaik dan tak pernah lagi kupedulikan omongan Dede, “dia
hanya syirik melihatku dekat dengan fariz!” gumamku. Hubunganku dan fariz
dari hari kehari semakin akrab saja, dan kami sering sekali pergi keluar saat
jam kuliah selesai. Setiap hari sms darinya tak pernah henti meramaikan
hari-hariku, sejenak aku melupakan teman hati yang kini jauh di seberang sana.
“Dia…ah,
kenapa aku harus mengingatnya disaat seperti ini, tak ada kepastian darinya,
tapi…tak pernah ada kata putus darinya, hanya terlontar keinginannya untuk
serius denganku, apa aku masih mencintai dan mengharapkannya? saat ia kembali
nanti, apa yang harus ku katakan?” pertanyaan-pertanyaan
itu menari-nari dalam pikiranku. Aku menghela napas panjang, sinar jingga yang
menyelinap dari celah jendela perlahan mulai menghilang, sebentar lagi waktu
shalat maghrib tiba, aku beranjak dari ranjang menuju kamar mandi, membersihkan
seluruh badanku dengan guyuran air yang mengalir dari kran, membuatku merasa
lebih fresh. Malam itu, aku disibukkan tugas kuliah yang mulai menumpuk, ku
kerjakan sedikit demi sedikit dan tak terasa malam mulai larut. Kuhentikan
pekerjaanku, menaruh buku-buku itu ditempatnya. Kubaringkan kembali tubuhku
diatas ranjang, tak ada sebuah pesan dari fariz, sudah terlelapkah ia? Perlahan
jariku mulai memainkan huruf-huruf yang tercetak di handphone, satupersatu ku
ketik dan terangkai sebuah puisi yang kemudian
ku kirimkan ke nomornya.
Aku punya satu hati
Tapi setengah hati ini sudah terisi
Dan ku ingin kau yang setengahnya
Bukan berarti aku pengobral cinta
Tapi itulah permintaan hati
Sebuah rasa yang pernah kurasa
Dan tak bisa lagi kubendung
Apa yang harus kulakukan
Ketika cinta lain bersemi?
Ku tak dapat lagi mengendalikan rasa itu
Bukan aku yang mau…
Haruskah aku membisu biarkan semua
Terus tumbuh dan tumbuh di hati?
Lama aku terdiam, membaca berulang-ulang
kata-kata yang kurangkai barusan. Tak lama kemudian, sebuah pesan datang dari
fariz.
Belum tidur de?
Oya, tadi puisi buat syapa?
Kayanya de lg ska ma orang ya,
De boleh koq cerita ma kak…(fariz)
------
Ga buat syapa”, iseng ja…
Coz, kertas drmah de abis
jd nmpang
nlis di lyar hp k ais za ya.hehe
Af ya, g bilang dlu mo ngirim puisi.:p
(deniaz)
------
Owh…ya gpp. Mank puisinya wat sypa c?(fariz)
-------
Buat syapa z yang mau…hehe (deniaz)
-------
Loh koq gitu?harus tepat sasaran donk…(fariz)
------
mgkin bgi kita
tpat sasaran,
pi lum tentu yang jd sasaran ngerasa tepat…
klo gda yg mau buat ka za deh puisinya,
klo gak ska ya dhpus ja…(deniaz)
------
ka suka koq puisinya…nti ka save,
oya,beneran puisi tu wat ka?
Mang pa yang de suka dari ka?(fariz)
-----
Gatau…de ngantuk, tidur dlu ya..(deniaz)
-----
Ya udah, klo ga mo jwab, ka ga mksa koq
Met tidur ya…moga mimpi indah
Kak sayang de…
I miss u…^_~
(fariz)
-----
Engkau dinda yang kupuja
Teruslah bermimpi indah
Hingga hariku menjemput impian
Engkau dinda yang ku sayang
Teruslah berharap
Bahwa aku bintang hati yang terindah (fariz)
Sebuah lirik lagu
dari Fariz itu mengakhiri malam ini,
membuat pikiranku melayang jauh dalam angan-angan dan harapan yang tak pasti
dan tertambat dalam hati, di antara kebimbangan satu cinta dan satu sayang,
terungkap dari sebuah puisi yang menyembunyikan berjuta makna di setiap
kata-katanya. benarkah yang ku tebak, dari puisinya ku mengartikan ia punya
perasaan untukku, tapi apa maksudnya “hingga hariku menjemput impian”? apakah cinta ini akan terwujud
suatu saat nanti? Ataukah ia akan menjemput impiannya sendiri dan
meninggalkanku? dan dia berharap agar aku menjadikannya sesuatu yang spesial dalam hatiku? Hanya harap…
sampai kapan? Apa perasaan ini selamanya tak kan terungkap… meski aku tau
diapun merasakan hal yang sama, seperti yang pernah ia katakan “kadang kak
suka mikir, kenapa kita gak ketemu dari awal kita di kampus itu …” .
Biarlah semua tetap
tersembunyi dibalik kata yang terangkai dalam hati. aku tau, semuanya demi
rasa, agar tetap terjaga dan menyenangkan, seperti sedia kala…
Di hempas gelombang
Dilemparkan angin
Terkisah bersedih bahagia
Di indah dunia yang berakhir sunyi
Langkah kaki di dalam rencananya
Semua berjalan dalam kehendak-Nya
Nafas hidup cinta dan segalanya
Dan tertakdir menjalani sgala khendak-Mu Ya Rabbi
Ku berserah ku berpasrah hanya pada-Mu Ya Rabbi
sebuah tembang religi yang
yang dilantunkan penyanyi kondang itu mengalun indah di telingaku, menyusupkan
kedamaian dalam hati… ya, semua yang terjadi adalah atas kehendak-Nya, semuanya
di atur olehnya, nafas, hidup, cinta dan segalanya… aku berserah pada-Mu Tuhan
atas apa yang akan terjadi nanti…
*****
>>>cerita ini terinspirasi dari hubungan kita (Arieszema) yang begitu kompak, sungguh kenangan yang indah,meski harus berakhir dengan airmata, karena salahku....... yang mudah menyerah untuk memahami sifatmu.. hubungan kita hanya bertahan kurang dari 3tahun.
sebuah cinta rahasia....... yang akhirnya ku nikmati jua..
cerita ini selesai dibuat pada tanggal 5 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar